Rabu, 04 Juni 2008

Jurus kabur yang jitu dengan tangan terborgol

Kamis, 5 Juni 2008 09:39 WIB
SURYA, KAMIS-Markas Polres KP3 Tanjung Perak kecolongan. Seluruh anggota Polres dibuat kalang kabut oleh kaburnya seorang tahanan, Heri Nurmi'at (35), Rabu (4/6). Heri adalah satu dari 15 orang (9 orang di antaranya wanita) yang diamankan ketika Polres KP3 merazia diskotek Station, Rabu dinihari pukul 01.00 WIB.
Kasatreskrim KP3 AKP Syamsul Makali menjelaskan, Heri Nurmi'at adalah petugas keamanan diskotek Station. Warga Tegalsari ini ikut diciduk karena kedapatan membawa dua butir ineks merk Butterfly di saku celananya.
Sebelum kabur, Surya sempat memfoto dan melontarkan pertanyaan kepada Heri mengenai ineks yang dimilikinya. Namun saat itu, Heri yang wajahnya bengap, tidak menjawab sepatah kata pun. Pria berbadan kekar dan berambut gondrong ini juga tidak menjawab ketika ditanya apakah ia benar satpam diskotek Station.
Nah, usai difoto oleh para wartawan itulah, ke-15 tersangka kembali duduk di dalam ruang reskrim. Mereka menunggu giliran untuk dimintai keterangan oleh penyidik. Heri kemudian meminta izin kepada petugas untuk ke WC. “Gubrak!” Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari dalam WC.
Seorang penyidik langsung melihat ke dalam WC. “Kabur, ada yang kabur!,” teriak penyidik tersebut. Beberapa anggota reserse berpakaian preman pun langsung semburat mengejar tersangka.Plafon WC terlihat rusak dan berlubang. Diduga Heri kabur dengan menjebol plafon WC kemudian meloncat dari atap dan kabur melalui lorong yang ada di belakang mapolres.
Selain itu, ketika meloncat ke bawah, kemungkinan tersangka sempat tercebur selokan. Ini bisa dilihat dari ceceran air selokan di sepanjang lorong yang menunjukkan jejak kaki tersangka. Hebatnya, tersangka melakukan itu semua dengan keadaan tangan terborgol di depan.
Karena penangkapan tersangka hanya beberapa jam sebelum kejadian kabur itu, maka beberapa petugas yang mengejar sempat bingung wajah dan pakaian apa yang dikenakan tersangka. Beberapa petugas sempat melihat kamera digital para wartawan untuk mengenali wajah tersangka Heri.
Dalam pengejaran itu, dari anggota Samapta berpangkat Bripda, hingga Kapolres AKBP Gagas Nugraha turun langsung. Seorang sumber di KP3 mengatakan Kapolres benar-benar marah dengan peristiwa ini. “Karena di sini sebelumnya juga pernah kebobolan,” ujar anggota tersebut.Beberapa mobil dan angkutan umum yang hilir mudik di sekitar pelabuhan sempat dihentikan untuk diperiksa.
Tidak jelas kemana dan dengan apa Heri kabur. Namun, sekitar satu jam kemudian, sebuah mobil Taft hitam dikawal empat sepeda motor patroli memasuki halaman Polres. Dari dalam mobil itu, tersangka Heri dikeler petugas kedalam ruangan unit reskrim. Kisah pelarian ayah dua anak ini pun berakhir.
Dari penelusuran di lapangan, ternyata Heri ditangkap oleh seorang anggota Samapta berpangkat Brigadir Satu bernama A Fauzi. “Saya curiga, lihat ada sosok tertutup sarung bersembunyi di kolong truk yang rusak. Apalagi, sarungnya bergerak-gerak,” cerita Fauzi sambil menerima ucapan selamat dari rekan-rekannya.
“Lalu saya buka sarungnya, ternyata ada orang dengan tangan terborgol. Pikir saya, pasti ini yang dicari-cari, langsung saya pukul wajahnya,” sambung polisi berbadan kurus ini. Masih menurut Fauzi, Saat dipukul, tersangka sempat menangis minta ampun. “Ampun mas. Saya kabur ingat istri dan dua anak saya di rumah. Kasihan mereka,” ujar Fauzi menirukan tangisan tersangka Heri.
Ketika asyik bercerita dan terus menerima ucapan selamat dari rekan-rekannya, ia lalu dipanggil masuk oleh atasannya. Dalam keterangannya, Kapolres AKBP Gagas Nugraha mengatakan, setelah kejadian ini akan lebih memperhatikan sistem keamanan di setiap ruangan Polres KP3. Namun saat ditanya bagaimana seorang tahanan bisa lolos, ia berkelit bahwa tersangka Heri belum menjadi tahanan resmi. “Dia kan belum berstatus tahanan resmi, sehingga proteksi juga tidak terlalu ketat,” ujarnya.(SURYA/k3)

Tidak ada komentar: